Bagi orang Makassar mungkin sudah cukup gerah dengan persepsi bahwa
orang Makassar itu kasar. Tetapi untuk menyangkalpun tidak mungkin
karena pemberitaan di media menggambarkan hal seperti itu. Makassar berasal dari kata mangkasara' yang berarti "berterus terang, jujur"
Sampai akhirnya saya mengingat-ingat lagi sebuah cerita kebijaksanaan lama tentang tiga orang buta yang disuruh memegang seekor gajah dan menjelaskan bagaimana bentuk gajah tersebut. Orang pertama memegang belalai gajah dan kemudian berkesimpulan bahwa gajah itu berbentuk bulat panjang seperti tali. Orang kedua memegang telinga gajah dan berkesimpulan bahwa gajah itu berbentuk pipih dan lebar seperti kertas. Sementara orang ketiga memegang perut gajah dan berkesimpulan bahwa gajah itu bulat dan besar seperti bola.
Pertanyaan yang hadir kemudian adalah, apakah ketiga persepsi itu salah?
Jawabannya tentu saja tidak salah. Karena ketiga persepsi tersebut
diambil langsung dari gajah. Kalau begitu, apakah ketiga persepsi
tersebut benar? Jawabannya adalah persepsi tersebut benar tetapi tidak
menggambarkan gajah secara utuh.Sampai akhirnya saya mengingat-ingat lagi sebuah cerita kebijaksanaan lama tentang tiga orang buta yang disuruh memegang seekor gajah dan menjelaskan bagaimana bentuk gajah tersebut. Orang pertama memegang belalai gajah dan kemudian berkesimpulan bahwa gajah itu berbentuk bulat panjang seperti tali. Orang kedua memegang telinga gajah dan berkesimpulan bahwa gajah itu berbentuk pipih dan lebar seperti kertas. Sementara orang ketiga memegang perut gajah dan berkesimpulan bahwa gajah itu bulat dan besar seperti bola.
Setiap bangsa/pribadi yang memiliki prinsip dan berkomitmen pastilah akan memiliki karakter tersebut agar tak ada pelanggaran. Disini, kami masih sangat menghormati dan mempertahankan adat-istiadat, masih banyak hal tabu yang tidak boleh dilanggar. Adat adalah identitas, dan itu yang harus kami jaga dan lestarikan, kami adalah pewaris dan harus bisa ikut mewariskan bukan menjadi generasi yang melupakan.
Ketika prinsip yang kita pegang itu tidak di topang dengan intelektualitas yang memadai, sehingga kita yang merasa memiliki ilmu dan kuasa akan menjadi arogan dan haus untuk memberontak, menganggap diri paling benar nah saat itulah keras bisa dikatakan kasar. Kasar itu luapan emosi yang melekat sehingga menjadi ciri/sifat, yang seperti ini bisa kita temukan dimana saja. Ubahlah mindset kalian, kasar tak melulu bicara soal Makassar.
Sedari kecil kami pun diajari oleh orang tua dan lingkungan kami tentang arti bersama dan berbagi. Kami punya ego tapi kami tidak egois. Tujuan kami satu, sama seperti yang lain… kami hidup dan bergerak menuju Kebenaran dan kebaikan sejati, hanya jalannya saja yang berbeda-beda bahkan ada yang sampai lupa jalan kesana.
Kami juga bisa senyum kawan dan kami juga ber-sosialisasi bahkan solidaritas kami tak ada yang meragukannya. Mahasiswa kami bukan hanya mereka yang menjadi bintang kerusuhan di TV dan Koran-koran. Apakah Anda tahu kalau di Makassar pun sudah banyak berdiri komunitas yang mempertemukan dan mendudukkan bersama anak muda dan anak tidak muda tapi berjiwa muda yang sehobby dan satu-Visi? Kebanyakan dari mereka masih berstatus Mahasiswa loh, tapi mereka bukan golongan mahasiswa manja yang hanya berharap perubahan dengan berteriak, merusak dan membakar. Mereka bergerak, melakukan perbaikan membuat kegiatan yang melibatkan kreatifitas dan emosional. tapi media sekali lagi hanya meliput aksi anarkis kami...Kemana media?
Turunlah kesini, bergabunglah bersama kami dan rasakan kami dengan
“menu” yang berbeda. Jangan pernah menilai kami sebatas pemberitaan
media, bukankah kita sama-sama tahu bahwasanya “ berita sampah” adalah
rating dan rating adalah pundi-pundi bagi mereka, sangat pragmatis
bukan?! Mereka hanya datang saat kita ribut, kemudian pergi saat kita
saling merangkul dan datang kembali saat ada keributan lain yang
sebenarnya pun tidak perlu dibesar-besarkan. Apalagi memang mereka
sangat terlatih untuk menambah-nambahkan dan menggabung-gabungkan satu
kejadian dengan kejadian lain,beritakanlah sewajarnya, jangan
mengarahkan opini publik, kami bisa menyelesaikannya baik-baik. Jangan
menambah masalah kami dengan citra buruk.
Datanglah kemari, lihatlah betapa Makassar begitu berwarna. Langit kami
biru, kami punya sunset yang sangat indah untuk dinanti dari ujung
Pantai Losari, kami punya ragam budaya yang etnik dan unik yang bisa membuat kalian
tersenyum dan ternganga, kami punya banyak kuliner khas yang akan
membuatmu ketagihan, yah walau cara bertutur kami keras bukan berarti
kami marah tapi kami ramah. Karena begitulah kami adanya, ala bisa
karena biasa…MAKASSAR TIDAK KASAR KAWAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar