Senin, 16 September 2013

Mahameru, Puncak Abadi Para Dewa

Kalau ditanya "tempat mana yang paling ingin kamu kunjungi?" maka saya tidak akan ragu menjawab "Semeru". Saya bukan bukan korps pecinta alam, juga tidak terlalu suka sebenarnya mendaki gunung. Tapi mendengar cerita mereka yang sudah pernah ke sana ataupun melihatnya di TV saja sudah cukup membulatkan tekad saya bahwa suatu hari saya harus ke Ranu Kumbolo, Arcopodo dan tentu saja Mahameru.

Keindahan gunung satu ini sudah tidak diragukan lagi.  Keindahannya telah digambarkan oleh beberapa seniman Indonesia, seperti Dewa 19 dalam lagunya yang berjudul Mahameru, penulis Indonesia, Donny Dhirgantoro, dalam novelnya yang berjudul 5 cm, serta Rizal Mantovani dalam filmnya yang merupakan visualisasi dari novel Donny Dhirgantoro.

Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.  Berada pada ketinggian 3676 mdpl, gunung berapi yang masih aktif ini kerap disebut sebagai atap Pulau Jawa.  Secara administratif, gunung ini masuk ke dalam dua kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.  Gunung yang dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa ini berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS).

Tanjakan Cinta
Terdapat sebuah mitos unik yang dipercaya oleh para pendaki yang mampir ke Ranu Kumbolo. Di dekat Ranu Kumbolo terdapat sebuah tanjakan yang disebut sebagai tanjakan cinta.  Menurut mitos yang berkembang, apabila kita melewati tanjakan itu tanpa menengok ke bawah (ke arah Ranu Kumbolo), maka kita akan segera menemukan cinta sejati kita.  Percaya atau tidak? Itulah mitosnya.


Perjalanan dari pos terakhir, Arcopodo, biasanya dilakukan pada tengah malam sekitar pukul 01.00.  Selain disebabkan oleh kondisi tubuh yang lebih fresh setelah beristirahat sebelumnya, pendakian tengah malam juga dilakukan supaya medan yang ditempuh tidak terlalu berbahaya, karena pada siang hari awan panas dan deburan angin disertai pasir akan sangat mengganggu pendakian menuju puncak Pulau Jawa ini.  Selain itu, dengan mendaki pada tengah malam, kita bisa menikmati pemandangan matahari terbit di tengah samudera awan yang sangat memesona.

Setiap orang yang mendaki Gunung Semeru pasti menyisakan beragam cerita tentang eksotisnya gunung tertinggi di Jawa ini. Berbagai bukti foto-foto selama perjalanan hingga ke puncak dirasa belum memuaskan pendaki untuk pergi mengunjungi gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia ini.

PERJALANAN KE PUNCAK TERTINGGI JAWA
Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi.
Setelah sampai di gapura "selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.

Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala. Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.

Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha. Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.

Selanjutnya memasuki hutan cemara di mana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang. Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.

Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati.




Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.

Artikel Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar